Rabu, 24 Agustus 2011

Program 100 Hari Kurang Greget

(sumber gambar: tmlpartners.com)
Tanggal 28 Januari esok, masa pemerintahan SBY-Boediono bersama gerbong Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II telah memasuki masa seratus hari kerja. Beragam ekspektasi mengiringi masa berakhirnya waktu seratus hari kerja tersebut. Beragam opini muncul bahwa program seratus hari pemerintahan adalah indikator awal yang paling sahih untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintahan untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
Jika kita menilik ke belakang untuk mengevaluasi program seratus hari pemerintahan, maka kita akan sepakat bahwa program seratus hari tertelan oleh masifnya pemberitaan terkait skandal Bank Century. Tidak dapat kita pungkiri bahwa pemberitaan tentang bail out sebesar 6,7 triliun rupiah tersebut seperti telah “merampas” pemberitaan di media massa tentang program seratus hari pemerintahan. Alhasil, yang terjadi adalah kita sebagai rakyat tidak dapat melihat secara gamblang apa yang sebenarnya telah dikerjakan pemerintah selama ini.
Tetapi, sebenarnya kita juga tidak dapat dengan serta merta menyalahkan media massa baik cetak maupun elektronik yang memberikan porsi besar untuk pemberitaan skandal bank yang sekarang telah berubah nama menjadi Bank Mutiara tersebut. Pemberitaan yang dilakukan oleh media selama ini juga memiliki dasar pertimbangan, yaitu atas dasar tingkat kepentingan dari masalah yang diberitakan. Maka kita patut curiga, mengapa media mengambil porsi pemberitaan yang besar untuk skandal Century. Secara sederhana dapat diambil konklusi bahwa mungkin tidak ada hal yang “penting” untuk diberitakan terkait dengan program seratus hari pemerintahan SBY-Boediono. Mungkin dalam bahasa sehari-hari dapat dikatakan bahwa program seratus hari pemerintahan SBY-Boediono dirasa kurang memiliki greget, sehingga media massa nasional menjadi ogah untuk memberitakan program seratus hari pemerintahan.
Di sisi lain, kita juga dapat melihat bahwa Presiden SBY juga terlalu sering mengobral pernyataan tentang skandal Century. Dalam jangka tiga bulan terakhir ini saja, SBY telah memberikan pernyataan terkait Century sebanyak lima kali yang disampaikannya dalam berbagai forum. Maka timbul kesan bahwa presiden terlalu banyak memikirkan skandal Century. Baru-baru ini timbul juga spekulasi untuk mengimpeach atau memakzulkan presiden terkait dengan skandal Century. Presiden SBY secara reaktif memberikan tanggapan tentang spekulasi untuk memakzulkan dirinya tersebut. Dalam rentang seminggu terakhir ini saja presiden telah memberikan tanggapan sebanyak dua kali tentang kabar burung upaya pemakzulan tersebut, yaitu pada waktu rapat pimpinan lembaga tinggi negara di Istana Bogor pada Januari dan disampaikan presiden saat member pengarahan pada Pimpinan TNI 2010 di Mabes TNI Cilangkap. Sampai-sampai menurut salah satu pakar politik timbul kesan bahwa presiden telah mengalami suatu kegelisahan yang amat sangat. Pernyataan-pernyataan presiden tersebut justru mengalihkan perhatian masyarakat dari program pemerintahan seratus yang telah dicanangkannya. Hal ini justru menjadi boomerang bagi pemerintahan yang ia pimpin, yaitu munculnya citra atau kesan bahwa program seratus hari tidak berhasil karena presiden terlalu banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk memikirkan skandal Century yang membahayakan posisi dirinya sebagai presiden.
Program seratus hari memang tidak dapat dijadikan satu-satunya tolok ukur keberhasilan pemerintahan selama masa bakti lima tahun ke depan. Namun, program seratus hari merupakan pijakan awal bagi perjalanan pemerintahan selama lima tahun. Maka jika telah dinyatakan bahwa program seratus pemerintahan gagal, maka seharusnya pemerintah segera tancap gas untuk menyusun strategi agar pemerintahan yang masih panjang perjalanannya ini menjadi pemerintahan yang berhasil dalam menjalankan program-program kerjanya.
PS: Tulisan ini dimuat di Harian Seputar Indonesia Tanggal 27 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar