Minggu, 16 Desember 2012

Pak SBY dan Pak Boed, Ngapain Aja Sih?

(sumber gambar)

Terus terang saja, pada awalnya tulisan ini saya niatkan untuk membuat para tukang kritik (atau haters?) Pak SBY dan Pak Boediono, menjadi sedikit objektif dalam melihat jalannya lokomotif pemerintahan yang dipimpin oleh kedua doktor tersebut. Ya, seperti kita (kita?) ketahui bersama, bahwa banyak sekali para pembenci, kritikus atau apalah namanya yang hampir selalu melontarkan statement bernada minor terhadap semua hal yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. Mudahnya, mereka sering berkata: “Pokokmen ini salahnya SBY! Semua salah SBY! SBY harus mundur! Huwooo huwooo!”
Belum lama ini, di salah satu media sosial, yang berinisial t.w.i.t.t.e.r, ada salah satu penggiatnya yang berkata: “Siapa sih wakil presiden kita? Ngapain aja ya dia?”. Sungguh tweet sarkastik yang membuat saya, khususnya, menjadi tak nyaman. Padahal, saya bukan siapa-siapa Pak Boed (“cieee Pak Boed manggilnya cieee, sok akrab lu, Yan” #suaragaib) juga. Mengenal Pak Boed secara langsung pun tidak, pernah jadi mahasiswanya apalagi, bertemu secara langsung pun belum. Tetapi, akhirnya saya menemukan mengapa saya menjadi sedemikian tak nyaman setelah membaca tweet tersebut, mengapa saya seolah sangat posesif dan ikut terhina. Akhirnya saya menemukan jawabannya, yaitu karena kami sama-sama penduduk Sleman (ngok! okeskip! lanjut!). For your information, memang Pak Boed tinggal di kawasan Sawit Sari Sleman. Bertetangga dengan Pak Amien Rais, dan tentu saja bertetangga dengan saya yang di…….. Catur Tunggal (hey jauh hey!).
Entah mengapa saya selalu ikut tak nyaman jika ada seseorang yang mengomentari Pak SBY dan Pak Boed dengan nada negatif. Karena seringkali para pengkritik (atau haters) saya amati berbicara tanpa disertai data yang valid dan waton mangap (asal bicara -Jawa). Tanpa menyampaikan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tanpa didukung dengan argumentasi yang sahih.
Saya akan sangat mafhum, jika kawan pembaca pasti akan segera menyimpulkan saya sebagai pendukung SBY dan Boediono garis keras. Tetapi jika diperbolehkan membela diri, saya ketika Pemilu 2009 benar-benar tidak mencoblos Pak SBY dan Pak Boed (sounds wrong ya?). Iya, ketika itu saya bukanlah pemilih pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat dan beberapa partai sekutunya tersebut. Lalu memilih siapa? Ah lahacia. Mengapa saya demikian ikut merasa tak nyaman jika ada yang berkata bahwa kedua pemimpin tersebut seolah menjadi objek sasaran jika segala sesuatu di Indonesia berjalan tidak sebagaimana mestinya? Argumentasi saya adalah, karena Pak SBY dan Pak Boed adalah pemimpin kita yang legitimate dan pemimpin Indonesia pertama sepanjang sejarah yang dipilih rakyat secara langsung bahkan dengan perolehan suara lebih dari 60%. Tentu saja lebih 60% rakyat Indonesia memilih mereka dengan alasan tertentu pula. Pak SBY dan Pak Boed adalah khalifah yang insya Allah dipercaya Tuhan untuk memimpin Indonesia. Jadi, mbok ya kita dukung dan kita berikan kritik yang konstruktif.
Saya mengkonklusikan, para haters itu sebenarnya berpendapat hanya dengan dasar pemberitaan di media massa. Tanpa mereka bisa bijak memilah, apakah memang media massa tersebut memiliki kepentingan tertentu atau tidak. Bahkan mungkin tanpa mereka tahu siapa pemilik media massa tersebut beserta segala kemauannya. Padahal harus perlu diketahui pula, bahwa media massa itu niscaya membawa misi tertentu, selain tentu saja memberitakan. Adalah omong kosong jika media dewasa ini bisa objektif dalam memberitakan. Bad News is Good News, itu adalah ayat suci mereka. Maka, mereka selalu lebih bahagia ketika mendapat segala macam pemberitaan buruk, tentang apapun, tentang siapapun, termasuk para punggawa pemerintahan Indonesia tersebut. Tanpa para haters Pak SBY dan Pak Boed tahu juga, bahwa ada sosok yang menjadi media darling atau tidak. Contoh nyata media darling adalah Pak Jokowi, yaitu sosok yang segala macam hal yang dilakukannya menjadi pemberitaan positif dan melegakan. Nah, Pak Boed khususnya, konon, bukan media darling. Jadi, jarang sekali mendapat porsi pemberitaan yang memadai. Mungkin karena sosok Pak Boed yang pendiam dan kalem, sehingga relatif kurang menarik untuk diberitakan.
Tak jarang, saya mendengar secara langsung ungkapan dari beberapa orang di sekitar saya seperti: “Pak SBY itu lambat ya, Pak SBY itu banyak pertimbangan dan penakut ya, Pak Boed kerja apa aja ya, Pak Boed itu wakil presiden kok ga pernah keliatan kerjanya ya”. Wow! Orang-orang itu hebat sekali, seolah mereka benar-benar setiap saat nginthil dan nempel kemanapun Pak SBY dan Pak Boed melangkah. Seolah mereka tahu bahwa Pak SBY dan Pak Boed memang benar-benar seperti yang mereka nyatakan. Ekspresi keyakinan yang mendalam selalu mengiringi ucapan-ucapan bernada negatif itu. Padahal wong ya mereka hanya bersumberkan koran yang mereka baca, pun cuma mendapat pemberitaan dari tvOne dan Metro TV dan rasan-rasan (obrolan –Jawa) dari teman minum kopi di Warung Mbak Pardjinah (sopo iku?).
Baiklah, saya pun ingin bersikap objektif. Jangan-jangan mereka yang selalu berkata negatif tentang Pak SBY dan Pak Boed itu sesungguhnya benar dan saya yang sok tahu dan saya sedang dihinggapi kebencian saja kepada mereka, tanpa disertai dasar pula. Maka, niat saya untuk membuat para pembenci Pak SBY dan Pak Boed menjadi objektif dalam melihat kinerja pemimpin kita itu, sedikit saya turunkan standarnya. Yaitu menjadi hanya sekadar ingin memberikan cakrawala informasi dari sisi yang berbeda. Dari sumber yang berbeda. Yaitu dari pemerintah secara langsung. Saya pun sadar, dari beberapa informasi yang di paragraf-paragraf berikutnya, pasti akan ada yang meragukan kesahihannya. Pasti ada pula yang akan meragukan keobjektifannya. Maka, saya berharap ada counter attack yang berupa data juga.
Data yang akan saya paparkan di bawah nanti, adalah data tahun 2011. Data yang dapat dikatakan sebagai data terbaru, sebelum nanti akhir tahun ini atau awal tahun depan akan disusul segera dengan data terbaru berikutnya. Oleh karena itu, saya buru-buru untuk segera menuangkannya data tersebut di tulisan ini. Saya berhasil mengakses data tersebut belum lama ini, walau sebenarnya data tersebut sudah dirilis di awal tahun ini. Maka maafkanlah saya yang baru saja bisa menyajikannya ke hadapan kawan pembaca sekalian di penghujung tahun 2012 ini.
Data tersebut adalah data pencapaian pemerintahan yang dipimpin oleh Pak SBY dan Pak Boed sampai tahun 2011. Data itu hasil rilisan BPS (Badan Pusat Statistik) dan beberapa kementerian terkait. Jadi, memang data tersebut adalah versi pemerintah. Tentu saja data tersebut memiliki posibilitas untuk diragukan dan disanggah. Data yang memiliki potensi menjadi data yang debatable. Karena data tersebut adalah data makro, sehingga banyak yang mengatakannya memiliki cacat yaitu terkait dengan “pemerataan”. Tetapi, sudi kiranya kita mengakuinya sebagai data resmi valid yang sudah mengalami pengolahan yang tidak sembarangan oleh ahlinya.
Sektor Ekonomi
Data yang akan saya sajikan pertama adalah data dari sektor ekonomi. Sektor ekonomi bisa dikatakan sebagai tolok ukur atau indikator utama sukses atau tidaknya suatu pemerintahan. Maka, tidaklah istimewa jika akhirnya ditempatkan di posisi awal untuk pemaparan episode ini.
Sektor ekonomi menjadi salah satu bukti nyata bahwa rezim Pak SBY dan Pak Boed benar-benar bekerja. Di sektor ini jelas sekali terlihat bahwa tim ekonomi Pak SBY dan Pak Boed memang mumpuni. Kerja keras semua elemen pemerintahan dan tentu saja seluruh rakyat Indonesia membuahkan hasil yang cukup menggembirakan di sektor ini.
Hal tersebut bisa dilihat dari ekonomi nasional yang terus tumbuh meskipun terjadi krisis global yang melanda dunia tahun 2008 - 2011. Seperti khalayak luas ketahui, bahwa di tahun 2008, Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi yang akhirnya menjalar hampir ke seluruh negara dunia dan mempunyai efek global. Tak terkecuali Indonesia. Krisis di negerinya Britney Spears (lah? kok sampai Britney? #MbokBenGituLho) itu pada awalnya dipicu oleh kacau balaunya pelaksanaan sub prime mortgage, atau kredit kepemilikan rumah dan mulai munculnya kelemahan permainan saham.
Walau banyak negara hampir dan sudah collapse dengan remuknya perekonomian AS, namun bisa dikatakan bahwa ekonomi Indonesia relatif baik dan survive. Ekonomi Indonesia tahun 2009 tumbuh 4,58 % yang merupakan tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Adapun, kemudian pada tahun 2011, ekonomi Indonesia tumbuh 6,4%, sehingga lembaga pemeringkat kredit Internasional, Fitch Rating menempatkan Indonesia sebagai investment grade atau negara layak investasi. Sementara itu, inflasi tahun 2011 tercatat hanya 3,79% yang merupakan terbaik se-Asia Pasifik. 
Di bidang lain, yaitu ketenagakerjaan, angka pengangguran terus menurun dari 9,9% pada tahun 2004 menjadi 6,56% per Agustus 2011. Lalu, angka kemiskinan menurun dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 12,36% per September 2011. Data World Bank tahun 2011 menunjukkan, 56,5% dari 237,6 juta penduduk Indonesia merupakan kategori kelas menengah, yang berarti membelanjakan uangnya sekitar US Dollar 2 (Rp. 18.000) sampai US Dollar 20 (Rp. 180.000) per hari. Dengan demikian, sekitar 134 juta penduduk Indonesia saat ini merupakan kelas menengah meningkat hampir 300% dibanding tahun 2003 yang tercatat hanya 45 juta orang.
Di sisi lain, Produk Domestik Bruto (PDB) juga mengalami peningkatan yang tidak sedikit, yaitu melonjak dari Rp. 2.774,3 triliun pada tahun 2005 meningkat lebih 200% menjadi Rp. 6.422,9 triliun pada tahun 2010 dan Rp 7.417,2 triliun atau sekitar US Dollar 825 miliar pada 2011. Rasio utang Indonesia terhadap PDB menurun tajam dari 57% pada tahun 2004 menjadi sekitar 26% pada 2011. Nilai ekspor tahun 2011 mencapai sekitar US Dollar 200 miliar, yang merupakan tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Tumbuhnya ekonomi Indonesia, seiring sejalan dengan meningkatnya kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat, yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan per kapita dari US Dollar 1320 pada tahun 2005 menjadi sekitar US Dollar 3500 pada tahun 2011. Keuangan negara juga mengalami perbaikan signifikan yang ditandai dengan peningkatan APBN dari Rp 427,2 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 1.320 triliun pada tahun 2011 dan Rp 1.435,4 triliun pada tahun 2012 atau meningkat 350% dengan rata-rata defisit anggaran mulai 2006 sebesar 1,27%. Cadangan devisa juga mengalami peningkatan dari US Dollar 36,3 miliar pada tahun 2004 menjadi US Dollar 111,3 miliar pada 30 November 2011, atau mengalami kenaikan lebih dari 200%. Realisasi investasi mengalami kenaikan sebesar Rp. 250 triliun, melebihi target investasi Rp 240 triliun di tahun 2011.
Sektor Infrastruktur
Sebenarnya cukup sah juga jika sektor infrastruktur dimasukkan ke dalam sektor ekonomi. Namun demi mempermudah dalam membaca, maka sengaja sistematika penulisan dipisahkan antara sektor ekonomi dan infrastruktur. Penjabarannya dapat segera dinikmati di bawah ini.
Wujud riil dari komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur direalisasikan dengan pengalokasian anggaran infrastruktur yang dikelola Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada tahun 2011 sebesar Rp 56,9 triliun yang merupakan terbesar dalam APBN 2011. Mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar Rp 36,1 triliun. Secara rinci dapat disaksikan di bawah ini:
Bidang Infrastuktur Sektor Riil
·       Pembangunan jalan sepanjang 3215 km
·       Pembangunan jembatan 7332 meter
·       Pembangunan 3494 fly over dan under pass
Bidang Kebutuhan Dasar
·       Pembangunan 65 twin block rusunawa
·       Sistem Penyediaan Air Minum di 322 kawasan dan Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan di 171 kawasan
·       Sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan di 1087 desa.
Bidang Sumber Daya Air
·       Pembangunan 8 waduk dan 34 embung
·       Jaringan irigasi seluas 58.548 hektar
·       Rehabilitasi irigasi seluas 284.135 hektar
Selain itu juga telah dibangun prasarana pengendali banjir sepanjang 463,06 km, pengembangan terpadu aliran sungai Bengawan Solo serta pembangunan dan rehabilitasi pengendalian sedimen dan pengaman pantai sepanjang 248,15 km. Khusus infrastruktur bidang energi, pemerintah membangun 35 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas total 10.000 megawatt. Kapasitas sebesar itu pada 2011 telah mengalirkan 2530 megawatt sehingga memperkuat sistem kelistrikan nasional.
Sektor Pertahanan dan Keamanan
Sektor pertahanan dan keamanan juga merupakan sektor penting yang harus mendapatkan sentuhan pembangunan dan pengembangan. Karena di sektor inilah, wibawa dan kedaulatan Republik Indonesia dipertaruhkan di mata dunia. Oleh sebab itu, pemerintah yang sangat sadar akan hal itu segera mengambil langkah strategis.
Sektor pertahanan dan keamanan adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari kelengkapan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Alutsista adalah ujung tombak dari pertahanan dan keamanan negara. Karena merupakan hal yang sangat krusial, pemerintah dengan sigap segera turun tangan dengan meningkatkan jumlah anggaran untuk keperluan pertahanan dan keamanan. Secara jumlah, jumlah anggaran untuk sektor tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Anggaran pertahanan dan keamanan di tahun 2010 sebesar Rp 42,3 triliun, tahun 2011 sebesar Rp 58,2 triliun dan tahun 2012 sebesar Rp 72,3 triliun.
Sektor Pertanian, Perikanan, dan Penghijauan
Sektor pertanian sebagai penyedia pangan bagi rakyat, juga mengalami pertumbuhan positif. Hal tersebut dapat terlihat pada produksi padi nasional yang mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 produksi padi nasional berada pada angka 54,45 juta ton, tahun 2007 meningkat menjadi 57,15 juta ton, tahun 2008 60,27 juta ton, tahun 2009 66,38 juta ton dan pada tahun 2011 Indonesia mengalami surplus beras sebanyak 4,3 juta ton. Kenaikan produksi juga dialami komoditas jagung semenjak swasembada di tahun 2008 mencapai 16,32 juta ton naik menjadi 17,23 juta ton di tahun 2011.
Lalu, di komoditas perkebunan, yaitu sawit, karet dan kakao, Indonesia juga mengalami perkembangan yang baik. Indonesia sejauh ini tetap menjadi penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan menguasai 47% pasar dunia. Sedangkan sebagai penghasil karet, Indonesia menduduki peringkat kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Indonesia juga menduduki posisi kedua dunia setelah Ivory Coast sebagai produsen biji kakao dunia.
Berlanjut di sektor perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan kawasan minapolitan, pengembangan usaha mina perdesaan, dan mengembangkan infrastruktur kelautan. Anggaran KKP tahun 2011 sebesar Rp. 4,9 triliun meningkat 45,3% dibandingkan 2010 sebesar Rp. 3,4 triliun. Sepanjang tahun 2011 telah dibangun 37 lokasi minapolitan percontohan yang terdiri dari 9 lokasi minapolitan berbasis perikanan tangkap, 20 lokasi minapolitan berbasis perikanan budidaya dan 8 lokasi minapolitan pengembangan sentra garam rakyat. Pembangunan minapolitan ditujukan untuk pembangunan perikanan dari hulu ke hilir, dari penangkapan hingga pengolahan dan pemasaran.
Penghijauan akan saya singgung sedikit di sini. Yakni dari indikator jumlah penanaman pohon dari tahun ke tahun. Dimulai dari tahun 2007, telah ditanam 86,9 juta pohon, tahun 2008 109 juta pohon, tahun 2009 sebanyak 251,6 pohon dan pada tahun 2011 sudah mencapai 1300 juta pohon. Menggembirakan dan menyejukkan.
Sektor Pariwisata dan Olahraga
Dari sektor pariwisata, dikabarkan bahwa pada tahun 2011 telah dibentuk 569 desa wisata untuk menarik wisatawan, pembentukan 323 kelompok sadar wisata, sertifikasi 15.000 orang tenaga kerja di bidang pariwisata serta melakukan 74 event promosi ke luar negeri dan 44 event promosi di dalam negeri. Kemudian juga terdapat indikator lain di sektor pariwisata untuk melihat laju kesuksesannya, yaitu jumlah kunjungan wisatawan. Mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011, grafik kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia mengalami kenaikan. Dimulai tahun 2006, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia adalah 4,9 juta orang, tahun 2007 5,5 juta orang. Kemudian tahun 2008 berada pada angka 6,2 juta orang, tahun 2009 6,9 orang, tahun 2010 berjumlah 7,0 orang dan di tahun 2011 berjumlah 7,6 juta orang.
Sektor olahraga, dapat saya katakan sebagai sektor yang mengalami kenyataan yang tidak menggembirakan sejauh ini. Jelas sekali bahwa olahraga Indonesia bisa dikatakan sedang mengalami krisis prestasi. Bulutangkis kita sudah tak seperkasa dulu. Sepakbola kita apalagi. Yang paling hangat adalah tim nasional sepakbola yang tersingkir dari piala AFF di fase penyisihan grup. Menurun drastis dari pencapaian dua tahun lalu sebagai runner up. Menyedihkan dan menjengkelkan.
Khusus di cabang olahraga sepakbola, konflik dalam kepengurusannya seperti ra uwis uwis (tak berkesudahan –Jawa). Baru-baru ini, tepatnya dua atau tiga hari lalu, Indonesia hampir saja dijatuhi sanksi oleh FIFA sebagai lembaga sepakbola tertinggi dunia. Namun kita masih beruntung, karena tidak dijatuhi sanksi dan konflik kepengurusan antara PSSI dan KPSI akan ditangani oleh AFC atau lembaga sepakbola Asia. Baru saja sebelum saya menulis kalimat ini, saya mendapat berita dari portal berita online bahwa telah dibentuk semacam gugus tugas atau task force untuk menyelesaikan permasalahan ini. Task Force ini sebagai kepanjangan tangan pemerintah yaitu Kemenpora. Semoga bisa segera terselesaikan.
Padahal, jika saja Pak SBY dan Pak Boed ini sedikit memiliki kepekaan terkait olahraga, khususnya sepakbola, maka sebenarnya sepakbola ini sangat bisa menjadikan rakyat Indonesia bahagia dan tentram. Indonesia bisa dikatakan sebagai football nation atau bangsa sepakbola. Semua hal terkait sepakbola seperti mendapat perhatian, gairah dan gelora jiwa yang menggelegak dari segenap rakyat Indonesia. Jangankan sepakbola domestik, tak jarang pula terhadap tim dari luar negeri, rakyat Indonesia memiliki militansi yang luar biasa dalam dukung-mendukung tim favoritnya. Tak jarang pula diiringi dengan saling ejek dan serang satu sama lain. Kenal kan dengan bonek (bondo nekat) atau hooligan-nya Indonesia? Betapa segenap jiwa raga dan harga diri mereka curahkan untuk olah raga rebutan bola ini. Masih kita ingat euphoria rakyat Indonesia ketika dua tahun lalu timnas kita menyuguhkan permainan ciamik di piala AFF. Ketika itu seluruh Indonesia bersatu padu, menghilangkan segala sekat kesukuan, kepartaian dan sekat lain-lain untuk bernyanyi bersama mendukung timnas. Jika saja, sepakbola ini mendapat komitmen pemerintah untuk diseriusi dan akhirnya mendapat prestasi-prestasi, maka hampir dapat dipastikan, rakyat Indonesia akan bahagia dan sangatlah mungkin mereka bisa melupakan berbagai permasalahan ini bangsa ini.
Namun di 2011, sedikit ada angin segar, yaitu Indonesia menjadi juara umum di Sea Games. Kala itu Indonesia bertindak menjadi tuan rumah. Event regional ASEAN tersebut diselenggarakan di Palembang dan Jakarta.
Sektor Korupsi
Sebelum memungkasi tulisan ini, saya akan sedikit menyinggung pencapaian di lingkup pemberantasan korupsi. Korupsi menjadi masalah bersama di negeri ini. Masalah yang menjadi musuh bersama. Korupsi telah merajalela dimana-mana, mulai dari legislatif, eksekutif dan yudikatif. Mulai dari pusat sampai desa.
Terdapat ungkapan satire terkait korupsi ini. Bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya Indonesia, bahkan ada yang berkata bahwa korupsi telah menjadi way of lifeNaudzubillah tsumma naudzubillah. Sehingga para pelakunya telah pantas untuk disemati predikat budayawan. Oalah.
Namun, ternyata di bawah kepemimpinan Pak SBY dan Pak Boed, bisa dikatakan bahwa pemberantasan korupsi telah berjalan dengan lumayan baik. Sepanjang rezim ini berkuasa, telah lebih dari 165 pejabat yang diberikan izin untuk diperiksa. Bahkan salah satunya adalah besan dari Pak SBY yaitu Aulia Pohan yang dibui terkait kasus di Bank Indonesia Sepanjang tahun 2011, Kejaksaan telah menyidik 1.515 perkara korupsi dengan 1207 diantaranya berlanjut dengan penuntutan. Secara keseluruhan dalam periode 2004 – 2011, Kejaksaan telah melakukan penyidikan perkara korupsi sebanyak 8503 perkara dengan 7804 perkara diantaranya dilanjutkan dengan penuntutan dan uang negara yang berhasil diselamatkan Rp 12,8 triliun, US Dollar 18,06 juta dan Baht 3,8 juta.
Di lain sisi, Kepolisian sejak tahun 2005 – 2011 telah melakukan penyidikan terhadap 3363 kasus korupsi dengan uang negara yang berhasil diselamatkan sekitar Rp 925 miliar. Adapun KPK sejak tahun 2004 – 2011 sudah menggarap 265 terdakwa korupsi dengan uang negara yang berhasil diamankan Rp 2,54 triliun. Dengan berbagai capaian ini, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia meningkat tajam dari sekitar 1,8 pada tahun 2004 menjadi 3,0 pada 2011, dan merupakan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
Namun demikian, KPK saat ini sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi di Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang tidak sedikit, yaitu penyelesaian kasus Bank Century dan Hambalang. Kasus Bank Century sampai saat ini belum lagi terdengar bagaimana perkembangannya. Semoga saja segera bermuara dan tak dipetieskan. Kasus Hambalang yang pun semoga segera terkuak. Karena baru seminggu lalu sudah muncul tersangka baru yaitu Andi Alifian Mallarangeng, Menpora yang akhirnya mundur karena dicekal dan dilarang untuk berkunjung ke luar negeri. Kemudian juga menyeret nama sang adik, yaitu Andi Zulkarnaen Mallarangeng (Choel) dan salah satu petinggi PT. Adhi Karya sebagai kontraktor pemenang tender pembangunan kompleks olahraga di Hambalang. Semoga kasus yang sebelumnya diramaikan oleh “nyanyian” Nazaruddin dan menyeret Putri Indonesia, Angie Sondakh segera selesai dengan baik. Karena di sana banyak sekali uang rakyat menjadi korbannya dan disinyalir menjadi bancakan para petinggi.
Demikianlah tulisan saya kali ini, yang telah memaparkan beberapa pencapaian pemerintahan yang dikomandani Pak SBY dan Pak Boed. Bahwa memang pemerintahan ini telah mencapai beberapa perkembangan dan pertumbuhan menggembirakan. Nyata dan jelas bahwa pencapaian-pencapaian itu tidak dapat terwujud dengan sendirinya dan sekejap mata. Namun membutuhkan kerja keras dan kerja sama dari segenap komponen bangsa. Tetapi kita juga tidak dapat menutup mata, bahwa pemerintahan di bawah pimpinan Pak SBY dan Pak Boed ini masih menyisakan beberapa kekurangan yang perlu segera disempurnakan dan diselesaikan. Kita sebagai bangsa sudah seharusya untuk berkarya sebaik mungkin di bidang kita masing-masing demi untuk mendukung kemajuan bangsa kita. Tulisan yang cukup panjang. Semoga tak membosankan. Semoga bisa mencapai misi mengapa tulisan ini disusun, yaitu memberikan cakrawala informasi dari sisi yang berbeda. Salam SCTV! (lhah?)
        


10 komentar:

  1. Tulisan yang sangat berbobot cak. Data disajikan dan dipaparkan secara lugas dan mumpuni. Mbok ya tulisanmu ini coba dimasukan ke surat kabar.

    Ditunggu postingan berikutnya cak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh mumpuni. Hihi. Sudah pernah Kang tak coba masuk ke koran. Pernah juga dimuat. Tapi di sana dibatasi ruang dan karakter yang itu dalam beberapa kasus sulit dipenuhi. Dan kalo di koran saingane profesor doktor Kang. Hihi. Matur nuwun. Ayo endi postinganmu? :D

      Hapus
  2. akiiihh bangeett (¬_¬)
    semoga para haters sadar kalo mimpin negara itu ga gampangg apalagi negara seluas indonesia ,
    banyak pencapaian yg mgkin ga ungkapkan di media , pak sby sama pak budiono tipe 'emoh sombong' ga koar" ttg kinerjanya , beliau pastilah sudah bkerja ekstra keras kantong mata pak sby buktinyaa. salam jeremy tetti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip! Setuja! Pancen kebanyakan mung ngomong thok tanpa dasar. Sip fy engko tak pundhutke apik karo dek ta hihi..

      Hapus
  3. understood :)
    tidak bosan baca mas haha..
    padahal ga ngerti dan ga berminat tentang pemerintahan *kalau aku ngomong gini bapakku mesti berkomentar seng ora2 :/*
    jadi, bapak yang pertama bikin aku curious tentang berita beginian, kemudian mas ryan yang berikutnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Bapak diaturi maos. Matur nuwun Ulfa. :))
      Semoga bermanfaat.
      Ayok nulis lagi :)

      Hapus
  4. subhanallah kakak kita yang satu ini, yang merasa akrab dengan Pak Boed #eeh
    Mereka bekerja tapi tidak diekspose media, medianya sibuk ekspose yg lain yg miring2 karena lebih memenangkan interest masyarakat, apalagi ibu2 #ehlagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hae adik kita...
      Setuja! Haruslah kita lebih objektif dalam melihat segala sesuatu, dan pula harus mempertimbangkan beberapa segi dalam mengkajinya.. (/o_o)/

      Hapus
  5. Ececccieeee makin mantep iki tulisane (eling yo mas, aku wis ninggalno jejak nang blog sampeyan)... maju terus pantang mundur!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku yo wis dolan ning blog-mu, dik. Ayo nulis terus. Matur nuwun..

      Hapus