Pada tanggal 18 Mei 2013 yang lalu,
telah terukir kisah terbesar dalam perjalanan hidup saya. Ya, pada Hari Sabtu
Pahing itu saya dan wanita yang telah lama saya cintai akhirnya menikah. Hari
yang dinantikan oleh semua pasangan itu tiba juga.
Saya
dan Dewi Kumalasari, yang telah merajut kisah kasih selama 7 (tujuh) tahun
berkomitmen untuk sehidup semati dalam ikatan suci tali pernikahan. Sabtu itu
doa dari segenap keluarga, hadirin, sahabat dan malaikat-Nya terlantun demi
kelancaran hajat agung tersebut. Nuansa haru dan bahagia bercampur padu menjadi
satu.
Wisuda tahun 2010 |
Dan saat saya masih berjuang dan
menyisakan panggilan kerja yang masih saja datang melalui telepon, Bapak saya
entah karena pertimbangan apa memerintahkan agar saya pulang saja ke Purwodadi.
Walau dengan sedikit penyesalan karena harus melewatkan beberapa panggilan
kerja di Jakarta dari beberapa perusahaan, akhirnya saya pulang ke Purwodadi.
Singkat cerita, saya diterima bekerja di Yogyakarta. Dewi pun bekerja di kota
lain. Kami pun akhirnya menjalani hubungan jarak jauh juga.. *mimbik-mimbik*
Tetapi
hubungan jarak jauh saya dan Dewi tak demikian jauh jika dibandingkan jarak
Jakarta – Purwodadi, jika memang dahulu saya akhirnya bekerja di Jakarta. Itu
hal yang tetap saya syukuri. Saya menganggapnya sebagai jalan yang tetap
mendekatkan kami..
Walau
kami selama lima tahun berdekatan dan sudah tahu banyak masing-masing karakter,
ketika menjalani hubungan jarak jauh, kami tetap seperti belajar dari awal
dalam menjalin hubungan. Kami dengan tertatih menjalaninya. Landasan kami untuk
tetap melanjutkan hubungan hanya karena rasa cinta dan komitmen bahwa sebisa
mungkin hubungan ini harus bermuara di pernikahan. Tanpa dapat dikesampingkan,
hubungan kami tetap terjaga juga karena komunikasi terus berjalan. Tanpa pondasi
yang kuat seperti itu, hubungan kami sudah kandas dari jauh-jauh hari.
Selama
dua tahun menjalani hubungan jarak jauh, banyak sekali lika-liku dalam hubungan
kami. Bermacam pertikaian terjadi dan mayoritas itu dikarenakan intensitas dan
frekuensi pertemuan yang sangat minim. Banyak masalah yang dulu dapat dicari
solusi dengan bertemu muka, ketika LDR, masalah sederhana terkadang menjadi
demikian pelik. Masalah menjadi berlarut-larut dalam hitungan hari bahkan
minggu. Akumulasi permasalahan seringkali ada dan kemudian meledak menjadi
pertengkaran yang mengganggu hari-hari kami. Belum lagi kalau kangen, kami
harus dalam-dalam menyimpannya di hati. Yaa Salaam itu tak
enak sekali. Long Distance Relationship sebenarnya semacam
secara de jure memiliki pacar, tapi secara de facto lebih
mirip jomblo. Tiap melihat pasangan muda bercengkerama di tempat keramaian,
saya hanya bisa gigit jari sambil sesekali melemparkan pandangan sirik dan
dengki kepada mereka pasangan yang tak memiliki toleransi antar umat berasmara
itu. Miris banget miris.
Kami
rata-rata bertemu hanya empat kali dalam satu bulan selama dua tahun berjauhan.
Dari sana saya menyimpulkan, LDR itu pedih. Tapi saya memiliki semboyan yang
secara optimis saya pegang erat, semboyan itu adalah: LDR adalah pernikahan
yang tertunda.. (--,)9
Lalu,
sedikit demi sedikit, puing cita-cita lama kami perlahan mulai tersusun
kembali. Banyak yang harus kami tata dengan cinta jarak jauh ini. Keropos di
sana-sini lambat laun mulai berkurang. Pada suatu titik, akhirnya disepakati,
dengan persetujuan orang tua, kami ingin segera menikah. Dengan dinamika dan
fluktuasi situasi kondisi hubungan, akhirnya sekitar setahun lalu, rencana
teknis pernikahan kami mulai disusun. Karena rencana pernikahan dalam artian
cita-cita sudah kami bangun dari bertahun lalu.
Akhirnya,
pada 18 Mei 2013 lalu (di usia pacaran tujuh tahun dua bulan kurang seminggu),
keinginan agung kami alhamdulillah dapat terealisasi. Kami sampai sekarang
masih tak percaya bahwa telah tiba di tahap ini. Kami bersyukur, sangat
bersyukur bisa menjalankan ibadah yang merupakan setengah agama ini. Kami
berdua mohon didoakan agar kami berdua bisa selalu bahagia selamanya dan hanya
dipisahkan oleh maut. Doakan kami pula agar segera
dikaruniai momongan ya... Kami doakan pula kawan-kawan yang bercita-cita ingin
menikah dengan sosok idamannya agar dapat segera menunaikannya sesegera
mungkin. Aamiin..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusselamat bung, semoga sakinah mawaddah wa rahmah, semoga segera dikaruniai momongan sehingga genap kebahagiaan orang tua. semoga dijaga ketenangan hatinya, karena lamanya berpacaran tidak menjamin kelanggengan rumah tangga. Semoga ada perubahan pribadi dari masing-masing untuk bisa saling melengkapi dan menjadi bijak. (feriawan.wordpress.com)
BalasHapusselamat yan,semoga menjadi keluarga sakinah,mawadah,warohmah.pie kbre saiki???
BalasHapus