Kamis, 11 Januari 2018

Makna Lagu "Andaikan Kau Datang" Menurut Tonny Koeswoyo

(sumber gambar: gazebo.id)
Indonesia patut bersedih. Koesyono Koeswoyo, legenda besar musik Indonesia, wafat (05/01). Koesyono, yang lebih dikenal sebagai Yon, menghembuskan nafas terakhir setelah cukup lama menderita komplikasi diabetes. Indonesia kehilangan maestro yang tiada bakal terganti.
Yon adalah gitaris merangkap vokalis band legendaris Koes Plus. Bagi anak-anak zaman saiki, Koes Plus adalah perkara asing yang tidak menarik. Tapi tanyakan kepada Simbah, Pakdhe, dan Bapak kita siapa Koes Plus, maka beliau-beliau akan antusias bercerita betapa banyak lagu Koes Plus tandas menjadi kenangan abadi.
Terlalu banyak yang harus diceritakan perihal Koes Plus. Maka jalan tengah terbaik yang paling realistis adalah mencari sepenggal kisah yang bisa diuraikan dalam satu kesempatan. Kali ini, kisah saya pilih dari salah satu lagu Koes Plus yang paling masyhur, “Andaikan Kau Datang.”
***
Sebagaimana hal-hal lain di kehidupan yang seringkali disalahpahami, demikian pula sebetulnya yang terjadi pada lagu “Andaikan Kau Datang”. Kesalahpahaman itu sejatinya tidak dapat dipersalahkan, karena memang ruang penafsiran seluas-luasnya dimiliki penikmat. Suka-suka saja mau dikira tentang apa itu lagu.
Selama ini, “Andaikan Kau Datang” dipercaya sebagai lagu yang menuturkan tentang cinta antara dua insan manusia. Kepercayaan itu sah-sah saja, karena liriknya memang nampaknya bercerita tentang itu. Tapi, kepercayaan itu harus segera dihapuskan.
Pada 29 November 2015, Yok dan Nomo Koeswoyo ikut serta dalam acara Maiyahan di Tuban bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng. Malam itu, Yok menyinggung proses penciptaan “Andaikan Kau Datang”. Yok bercerita, sebenarnya lagu “Andaikan Kau Datang” bukanlah lagu yang diniatkan oleh Tonny Koeswoyo (kakak dari Nomo, Yon, dan Yok) untuk menyanyikan kisah kasih lelaki dan perempuan. Sebagai informasi, Tonny telah dipanggil Sang Khalik pada tahun 1987 karena menderita kanker usus.
Sebelum memasuki penjelasan tentang maksud lagu “Andaikan Kau Datang”, perlu rasanya dipanggil kembali ingatan tentang bagaimana sebenarnya bunyi lirik yang memainkan peran penting di lagu ini. Dalam refrain, lagu asli berbunyi “andaikan kau datang kemari”. Namun belakangan ini, kalimat tersebut mengalami pengubahan bunyi menjadi “andaikan kau datang kembali”. Kata “kemari” berubah menjadi “kembali”.
Dalam acara-acara seperti reunian, halal bi halal, pernikahan, dan lain sebagainya, para biduan dan dermawan penyumbang lagu jamak terdengar menggunakan “kembali”. Saya tak tahu persis, mulai kapan “kemari” berubah menjadi “kembali”. Mungkin, mungkin ya, perubahan itu dimulai saat muncul album Salute to Koes Plus tahun 2004 yang diprakarsai Erwin Gutawa.
Pada album dimana saya juga sempat membeli kasetnya itu, lagu “Andaikan Kau Datang” dinyanyikan oleh penyanyi wanita bersuara dahsyat, Ruth Sahanaya. Nah, ia menggunakan “kembali”. Kemudian, Noah dalam album Sings Legends (2016) ikut menyanyikan “Andaikan Kau Datang” dan juga memilih gunakan “kembali.
Baiklah, kembali ke makna lagu. Yok meneruskan, saat Tonny sakit, ia membuka tabir rahasia niat awal penciptaan “Andaikan Kau Datang”. Tonny berkata, lagu itu berisi pengandaian bagaimana keadaan saat nanti ia telah meninggal dunia. Saat dimana apapun sudah tidak dapat diputar kembali.
Potongan lirik “setelah aku jauh berjalan, dan kau ku tinggalkan” menarasikan saat roh berpisah dengan jasad. Kata “kau” dalam refrainandaikan kau datang kemari” dimaksud sebagai kata ganti malaikat yang menghampiri untuk bertanya kepada kita di alam kubur. “Jawaban apa yang ‘kan kuberi” merujuk kepada ketakutan tentang jawaban apa yang tepat untuk merespons pertanyaan malaikat. Yok merinci, lagu ini tercipta pasca Tonny belajar mengaji dan diterangkan tentang kehidupan setelah mati oleh Pak Kiai.
Yok melanjutkan, Tonny sengaja menggubah suatu lagu yang bermakna mendalam seperti itu dengan nuansa percintaan anak remaja. Itu semata agar lagu dapat menjangkau khalayak yang luas, agar pesan tersebar merata. Sekarang, rasakan apakah perubahan “kemari” menjadi “kembali” berpengaruh dalam bangunan lagu..
***
Setelah Yon berpulang, praktis Koes Plus secara de facto tidak lagi berkiprah. Karena dalam beberapa tahun ke belakang, hanya Yon yang tersisa sebagai personel asli. Setelah Yok memilih rehat dan Murry tutup usia, Yon satu-satunya yang masih bertahan tampil dari panggung ke panggung ditemani musisi muda sebagai additional player.
Sekarang, sudah tiada lagi musisi-musisi yang tampil, bermusik, dan bergaya hidup murni sederhana. Koes Plus bukan sekumpulan virtuoso, mereka hanyalah musisi dengan skill selumrahnya dan bersenjatakan chord dasar untuk melagukan kehidupan. Lagu-lagu mereka bukan lagu dengan progresi rumit dan sulit untuk dibawakan. Lagu-lagu mereka adalah nyanyian hati.
Dari balik kesederhanaan, mereka menawarkan 1000-an lagu yang mewarnai hidup jutaan manusia. Lagu-lagunya tidak akan ikut hilang bersama pendendangnya. Koes Plus abadi bersama kenangan yang telah ditinggalkannya.

Cak Nun menulis: “Koes, Bersaudara maupun Plus, tidak mempertandingkan diri, tetapi mereka ‘pilih tanding’. Mereka tidak membandingkan diri dengan siapapun lainnya, tetapi mereka tak terbandingkan. Karya mereka, terutama Mas Tony, bukan hanya ratusan, melainkan ribuan. Semuanya enak, semuanya sedap, semuanya nyamleng, karena semua karya mereka adalah jiwa orisinal semua pendengarnya. Setiap orang yang baru mendengar lagu Koes Plus, merasa sudah pernah mengenal bahkan menghafalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar