Kamis, 05 Juli 2018

Menafsir Dukungan TGB kepada Jokowi

(sumber gambar: huffingtonpost.com)

Muncul kejutan di hari-hari menjelang pendaftaran pasangan capres dan cawapres yang akan mulai dibuka pada 4 Agustus 2018 nanti. Zainul Majdi atau yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) tiba-tiba menyatakan dukungan kepada Jokowi untuk menjabat presiden selama dua periode. Tentu ini adalah sebuah manuver di luar dugaan, mengingat TGB menjabat sebagai salah satu anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Sebagaimana diketahui, sampai detik ini, partai bentukan SBY tersebut belum mengeluarkan sikap resmi terkait pilpres 2019. Demokrat masih wait and see sambil menggodhog kemungkinan-kemungkinan. Perkembangan terhangat, Demokrat sedang melakukan lobi untuk menjodohkan Jusuf Kalla - AHY atau Gatot - AHY.
***
Dukungan TGB kepada Jokowi tentu dilatarbelakangi oleh maksud dan hitungan-hitungan politis yang menarik untuk kita takar dan taksir. Dukungan tersebut tentu bukan dukungan yang gratis. TGB pasti telah berpikir masak-masak sebelum mengambil pilihan yang layak disebut berisiko, karena bersangkut paut dengan kedudukannya di partai yang mendukung dan menaunginya.
Partai Demokrat, melalui Ketua Advokasi dan Bantuan Hukum Ferdinand Hutahaean, mengkonfirmasi, dukungan TGB adalah sikap pribadi dan bukan sikap resmi partainya. Ferdinand pun menyatakan, sampai saat ini Demokrat masih mengakui TGB sebagai kadernya. Demokrat juga mengaku tidak mempermasalahkan pilihan salah satu kader terbaiknya tersebut.
Beragam analisis dan dugaan muncul mengikuti dukungan TGB kepada Jokowi. Analisis yang terdengar, misalnya, dukungan TGB diduga bermaksud mengamankan proyek pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di NTB. KEK yang dibangun selama 29 tahun dan telah diresmikan Oktober tahun lalu sampai saat ini masih mengalami proses pengembangan.
Investor sudah mulai masuk dan sangat mungkin TGB berhitung, dengan menjabatnya Jokowi selama dua periode, Mandalika akan terus aman berjalan di bawah pengawasan pemerintah pusat. TGB sebagai putra asli daerah yang sepuluh tahun memimpin NTB, pasti merasa berkepentingan terhadap Mandalika yang akan berpengaruh besar pada kehidupan ekonomi masyarakat setempat.
Analisis yang muncul berikutnya, dukungan TGB adalah upaya agar dilamar sebagai cawapres yang akan mendampingi Jokowi di pilpres 2019. Nampaknya, TGB telah cukup percaya diri. TGB merasa ia telah memiliki nilai jual cukup tinggi di panggung politik nasional, sehingga berani mendekat ke Jokowi, yang menurut lembaga survei sampai saat ini masih disebut sebagai calon terkuat pilpres 2019.
Terdengar pula analisis, dukungan TGB kepada Jokowi sebenarnya merupakan perintah langsung SBY. Karena secara logika, TGB sebagai petinggi Demokrat tentu tidak akan lepas dari kendali SBY. Sangat mungkin Demokrat bermain di dua kaki. Satu kaki mencoba peruntungan dengan mengirimkan TGB ke kubu Jokowi, kaki yang lain dipijakkan melalui AHY yang sedang ditawarkan ke tokoh prospektif lainnya.
***
Apapun analisis yang muncul, merapatnya TGB tentu sangat menguntungkan kubu Jokowi. TGB dikenal sebagai tokoh yang bersih. Selama satu dekade kepemimpinanya di NTB, tidak pernah terdengar citra negatif yang muncul dari kebijakan maupun dirinya secara pribadi.
Dengan merapatnya TGB ke kubu Jokowi, stigma anti-Islam yang kerap ditujukan kepada Jokowi paling tidak memudar. Karena TGB dikenal sebagai sosok religius, seorang hafidz Qur’an, dan memimpin daerah yang dikenal kental nuansa Islaminya. Tim Jokowi tentu sangat bungah, sebab akan membuat mereka semakin kuat.
Sebagai publik, kita harus menyadari, dalam beberapa waktu ke depan, kita akan terus disuguhi sajian-sajian akrobatis dari beliau-beliau politisi yang terhormat. Kita akan dihadapkan pada pilihan yang akan saling klaim sebagai yang terhebat dan terpantas. Oleh karena itu, kita harus terus kuatkan radar kesadaran agar secara jernih dapat memilih dan memilah calon pemimpin terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar